Saladin – Salahudin Al Ayubi
Saladin dilahirkan di Kurdish, Tikrit. Oleh ayahnya dia kemudian dikirim ke Damsyik untuk belajar ilmu pengetahuan. Selama 10 tahun Saladin tinggal di Damsyik di kawasan istana milik Nur ad Din. Ayah Saladin, Najm ad-Din Ayyub, ialah Gubernur Baalbek.
Pendidikan militer didapatkan Saladin dari saudara ayahnya, Shirkuh, yang pada waktu itu merupakan pan glima perang Nur al Din, dan sering mewakili Nur al Din dalam kampanye melawan Kerajaan Fatimiyyah di Mesir. Tugas untuk melawan Kerajaan Fatimiyyah kemudian diserahkan pada Saladin. Berkat keberhasilannya dia diangkat menjadi panglima perang pada tahun 1169 M.
Saladin Sebagai Panglima Perang
Begitu Numuddin wafat, Saladin langsung mengambil alih posisi panglima perang. Langkah pertama yang diambil Saladin untuk mengalahkan pasukan Salib adalah dengan mengorganisasikan kekuatan. Ia mengumpulkan kekuatan- kekuatan di Siria yang awalnya terpecah belah. Sambil menjalankan tugas ini, Saladin beberapa kali melakukan serangan-serangan terhadap pasukan Salib. Pada 25 Nopem- ber 1177 M, Saladin bertempur dengan pasukan Salib dalam Perang Montgisard. Pada saat itu pasukan Salib dipimpin oleh Raynald dan Ksatria Templar. Pada peperangan ini Saladin mengalami kekalahan.
Selepas kekalahan dalam Perang Montgisard, Saladin tidak mundur. Justru dia bergerak maju kembali sehingga bisa mengusir pasukan Salib. Selama pada masa perang ketegangan diantara kedua kubu semakin memanas ketika Raynald mengganggu para pedagang dan orang-orang yang berangkat haji di Laut Merah. Raynald juga mengancam akan menyerang Makkah dan Madinah. Terhadap tinda- kan tersebut Saladin menyerang kubu Raynald di Kerak pada tahun 1183 M dan 1184 M. Sebagai balasan terhadap serangan Saladin, pada tahun 1185 M Raynald membunuh kabilah yang akan menunaikan ibadah haji.
Tindakan tersebut tentu membuat umat Islam marah. Sebagai pimpinan pasukan Islam, Saladin segera melancar- kan serangan besar-besaran. Pada 4 Juli 1187 M, pecahlah Perang Hattin. Dalam peperangan ini pasukan Saladin memperoleh kemenangan besar dan berhasil menangkap Raynald. Saladin kemudian memancung kepala Raynald di depan pasukannya.
Kemenangan dalam Perang Hattin menambah semangat umat Islam. Bersama pasukannya, Saladin terus begerak dan merebut kota-kota yang dikuasai pasukan Salib. Puncaknya, pada 2 Oktober 1187 M, Saladin berhasil merebut kembali Yerussalem. Berbeda ketika pasukan Salib merebut kota ini dengan membantai seluruh umat Islam, Saladin membiar- kan umat Kristen aman di dalamnya. Mereka diberikan jaminan untuk menjalankan ibadah. Berita bahwa Saladin tidak melukai satupun umat Kristen membuat Paus di Roma mati mendadak karena terkejut ada manusia semulia itu.
Keberhasilan Saladin Ini Terus Dikenang Sepanjang Masa
Sikap ksatrianya membuat dirinya dihormati oleh lawan maupun kawannya. Orang-orang Eropa yang biasanya menganggap sebelah mata pahlawan-pahlawan Islam begitu menghormati Saladin. Dua sastrawan besar Eropa, Dante dalam Limbo dan Sir Walter Scott dan The Talisman, menjadikan Saladin sebagai tokohnya. Sementara itu, Raja Richard memuji Saladin sebagai seorang putera agung dan merupakan pemimpin paling hebat dalam dunia Islam.
Akhirnya Saladian Sang Penakluk Yerussalem, wafat pada 4 Maret 1993 M di Damsyik, tidak lama setelah kema- tian Raja Richard. Ketika umat Islam membuka peti milik Saladin guna membiayai biaya penguburan, mereka hanya mendapatkan sekeping uang emas dan empat uang perak. Selama hidupnya, Saladin memang telah memberikan hartanya untuk fakir miskin.
Kini, Saladin terbaring dengan tenang di pusaranya yang berada di dekat Masjid Umayyah, Suriah. Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslimin sangat memukul perasaan pasukan Salib. Mereka pun menyusun ren- cana balasan. Kali ini salib dipikul oleh tiga orang; Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan Salib kembali bergerak menuju Yerussalem pada tahun 1189 M. Meski ber- hasil merebut Akka, mereka tidak pernah berhasil memasuki Yerussalem karena tak mampu melawan pasukan Saladin.
Pada periode selanjutnya Saladin membuat perjanjian perdamain dengan pasukan Salib. Bentuk perdamaian ini memang bisa dikatakan unik. Sebagai penganut paham romantik, Rich- ard, raja Inggris saat itu mengajukan saudara perempuannya untuk menikah dengan saudara laki-laki Saladin, al Malik al Adil. Sebagai mas kawin dari pernikahan tersebut adalah kota Yerussalem. Lewat cara ini maka perselihan antara umat Kris- ten dengan umat Muslim diakhiri. Pada 2 Nopember 1192 M, perjanjian perdamainan tersebut disahkan, dengan ketentuan daerah pantai milik bangsa Latin sedangkan daerah pedalaman milik umat Islam, dan peziarah yang datang ke Yerussalem tidak boleh diganggu.
This Post Has One Comment